kajian islami di kota Bandung
Bandung, Kota Hijrah Para Pemuda
Deru kendaraan bermotor yang berkonvoi mengelilingi pusat Kota Bandung sore itu tampak berbeda. Di barisan depan terlihat Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengendarai Vespa 1974 berwarna hitam miliknya. Di sampingnya, pendiri Pemuda Hijrah, Ustaz Hanan Attaki, bermotor dengan Honda klasik berwarna putih-merah.
Di belakang mereka, ratusan kendaraan bermotor mengular penuh tegur sapa dan canda tawa antarsesama peserta konvoi. Mulai dari Masjid Al Lathiif di Jalan Saninten, mereka bergerak ke Jalan Riau, Jalan Ir. H. Djuanda, Jalan Diponegoro, hingga berakhir di Gedung Sate.
Selain konvoi, acara bertajuk Ngabuburide (pelesetan dari ngabuburit--jalan-jalan sore sambil menunggu waktu berbuka puasa) juga diramaikan berbagai permainan seperti BMX, skateboard, panahan, dan parkour. Acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama dan salat tarawih berjemaah di Lapangan Gasibu.
“Biasanya Lapangan Gasibu dipakai untuk upacara resmi atau acara pemerintahan. Tapi kini ada sejarah baru, untuk pertama kalinya digunakan tarawih bersama ribuan Pemuda Hijrah,” ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan usai mengikuti acara Ngabuburide, Minggu (3/6).
Ya, ribuan anak muda yang memenuhi Lapangan Gasibu hari itu bagian dari komunitas Pemuda Hijrah yang didirikan oleh Tengku Hanan Attaki.
“Alhamdulillah, tahun ini loncatannya besar. Dulu awalnya (anggota Pemuda Hijrah) cuma di Bandung, paling (jumlahnya) di bawah 10 ribu,” ucap Taufik, Humas Pemuda Hijrah, kepada kumparan di Bandung, Rabu (6/6).
Taufik mengatakan, acara Ngabuburide yang diselenggarakan di beberapa kota besar itu merupakan kegiatan puncak Pemuda Hijrah--komunitas yang tumbuh dan berkembang setidaknya sejak empat tahun terakhir di Bandung.
Maka, setelah dikenal karena geng motornya, surga belanja tempat segala factory outlet bertebar, dan destinasi wisata favorit, kini Bandung menampilkan wajah baru yang lebih religius: markas Pemuda Hijrah. Komunitas yang diikuti hingga 1,4 juta akun di Instagram ini berdiri atas inisiasi beberapa pemuda, salah satunya Hanan Attaki asal Aceh.
Gaya Hanan yang santai berkupluk dan cara dakwahnya yang kekinian melalui media sosial, menjadi jurus ampuh dalam menggaet anak-anak muda. Lihat saja pengikutnya di media sosial atau betapa ramainya acara-acara kajian yang ia helat atau hadiri.
Bermula dari kegelisahan hati, Hanan sang ustaz milenial menilai dakwah di Indonesia cenderung stagnan dan kurang progresif. Terlebih di kalangan anak muda.
“Banyak anak-anak muda yang merindukan mendapatkan hidayah, tapi tidak tahu bagaimana mendapatkannya,” kata Hanan dalam ceramahnya, Oktober 2017.
Gemas melihat kondisi itu, Hanan bersama lima orang temannya memutuskan membuat gerakan untuk anak muda yang diberi nama Pemuda Hijrah. “Nama Pemuda Hijrah atau Shift seperti yang ada di (keybooard) komputer, artinya pindah atau berubah.”
“Kalau kita bicara tentang dakwah, maka sebenarnya kita bicara tentang anak muda. Kita bicara tentang kehancuran pun tentang anak muda,” tutur laki-laki lulusan Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, itu.
Jika biasanya dakwah berlangsung di dalam masjid, Hanan memilih jalanan sebagai arenanya. Dakwah jalanan, kira-kira begitulah namanya, menjadi cara yang ia gunakan untuk mendekati kelompok-kelompok seperti geng motor, komunitas skateboard, dan sebagainya.
Untuk menyampaikan dakwahnya, Hanan harus bisa masuk ke dalam komunitas itu. Hal yang tak begitu mudah. Ia, misalnya, harus ikut belajar bermain skateboard terlebih dahulu demi bisa diterima oleh komunitas itu.
Upaya itu diperlukan untuk menghapus jarak antara dirinya sebagai pendakwah, dengan targetnya. Tujuannya agar tercipta rasa nyaman dan kesamaan persepsi di antara mereka.
“Itulah yang memotivasi saya membuat gerakan anak muda yang segmennya langsung street culture (komunitas-komunitas jalanan) yang mempelajari tentang dunia anak muda jalanan. Alhamdulillah sekarang kami bisa bersilaturahim sama anak-anak geng motor, petarung, dan banyak lagi,” ujar Hanan.
https://kumparan.com/@millennial/bandung-kota-hijrah-para-pemuda
0 komentar